Namunketika perang Badar, Anas bin Nadhar tak ikut serta dengan Rasulullah dan sahabat lainnya ke medan pertempuran. Padahal perang Badar mempunyai kedudukan yang sangat istimewa di kalangan umat Islam. Para sahabat yang mengikuti perang badar mendapatkan predikat khusus di antara para sahabat lainya. Karena itulah Anas bin Nadhar Ahad 31 Juli 2022 11:03 WIB. Bukit Rumat atau bukit pemanah saat Perang Uhud di Madinah, Arab Saudi. (ANTARA/Desi Purnamawati) Rusli menceritakan, kekalahan kaum kafir Quraisy Mekkah pada Perang Badar mencoreng nama mereka. Pasalnya dengan jumlah kekuatan yang berbeda jauh, kaum kafir Quraisy memiliki 1.000 pasukan, 600 persenjataan Dalamriwayat yang lain dikatakan, beliau membaca ‘QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUN’ (surah Al-Kafirun) dan ‘QUL HUWALLAHU AHAD’ (surah Al-Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Hajjah An-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hlm. Kumpulanartikel terkait Abdurrahman Bin Auf terbaru dan terkini - SINDOnews Kalam - Abdurrahman Bin Auf, Pedagang Handal yang Ahli Ibadah. Kisah Kedermawanan Tiga Sahabat Nabi Muhammad SAW yang Diabadikan Al-Qur’an. Abu Jahal, Sang Penyulut yang Tewas dalam Perang Badar Ahad 9 Sya'ban 1443 H / 13 Maret 2022. Home » Kajian Al Qur'an » Asbabun Nuzul » Juz 13 » Surah Ibrahim. Surah Ibrahim . Oleh: Jalaluddin As-Suyuthi / Publikasi: Sabtu, 2 Maret 2013 00:13. ‘Mereka adalah orang-orang Quraisy yang tewas dalam Perang Badar.’ Ada yang mengatakan, ‘Ayat ini turun tentang dua marga paling keji dari Bahkansudah banyak yang itikaf di masjid sejak Ahad malam. Kegiatan diawali dengan shalat lail. Dilanjutkan dengan shalat shubuh berjamaah disertai pembacaan qunut nazilah yang dipimpin oleh imam. Dalam tausyiahnya ia berpesan, “Seperti Perang Uhud dan Badar, Aksi 411 dan Aksi 212 kemarin adalah cara Allah memisahkan antara golongan yang Darisini nanti akan ketahuan siapa santri yang memiliki jiwa pemimpin,” kata Dadan pada Ahad (11/3). Dadan Menuturkan, Badar Games adalah salah satu permainan yang dipilih untuk membangun jiwa kepemimpinan. Melalui simulasi perang badar ini, banyak hikmah yang bisa didapatkan. 1 SEJARAH ISLAM (500- 1918) 2. MUKADIMAH Islam tidak menggalakkan peperangan. Namun, apabila agama, negara dan maruah diri diancam. Umat islam wajar mengangkat senjata untuk mengelak maruah diperkotak-katikkan. Dalam hal inilah umat Islam diterapkan konsep jihad, iaitu berjuang kerana Allah SWT. Konsep ini telah berjaya melahirkan individu NwDf. loading...Bilal bin Rabah memekik Ahad... ahad ... ahad ... saat disiksa kafir Qurasy. Pekikan ini menjadi semboyan resmi dalam perang Badar. Foto/Ilusrasi KairoNews Pekik Bilal bin Rabah tatkala ia disiksa kaum kafir Quraisy Makkah, "Ahad... Ahad... Ahad..." akhirnya menjadi semboyan resmi pasukan Muslim dalam perang Badar . Dalam perang inilah Bilal bin Rabah berhasil membunuh Umayyah bin Khalaf, tuannya yang menyiksa dirinya saat di Makkah. Baca Juga Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" menyebut dalam perang inilah Bilal bin Rabah dan Umayyah bin Khalaf, bekas tuannya, masih sama seperti dulu ketika disiksa oleh Umayyah bin Khalaf. Dalam perang Badar, Bilal meneriakkan, “Ahad…. Ahad!” Namun bedanya, kali ini atas perintah Nabi Muhammad SAW, teriakan tersebut menjadi semboyan bagi pasukan Islam. Pekik “Ahad…. Ahad!” menggema selama perang perang Badar, suku Quraisy mengerahkan para pemukanya untuk turut serta turun dalam perang. Umayyah bin Khalaf juga salah seorang pemuka, walaupun pada awalnya dia tidak hendak ikut. Hingga salah seorang kawannya yang bernama Uqbah bin Abi Mu’ith mendatanginya sambil di tangan kanannya membawa sebuah mijmar pedupaan yang dipergunakan para wanita untuk mengasapi tubuhnya dengan kayu wangi.Ketika Uqbah datang, Umayyah sedang duduk di antara para pengikutnya, kemudian Uqbah menaruh mijmar tersebut di hadapan Umayyah seraya berkata, “Hai Abu Ali! Terimalah dan pergunakanlah pedupaan ini. Karena engkau tak lebih dari seorang wanita!” Mendengar perkataan itu Umayyah marah. “Keparat! Apa yang kau bawa ini?” sergahnya. Pada akhirnya berangkat jugalah Umayyah bin Khalaf ke medan pertempuran bersama putranya yang yang bernama Ali.Uqbah bin Abi Mu’ith adalah orang yang paling gigih mendorong Umayyah untuk melakukan penyiksaan terhadap Bilal dan orang-orang tak berdaya lainnya dari umat Islam ketika di Makkah. Ini kali, dia juga yang mendorong Umayyah untuk terjun ke medan perang, namun nahas, keduanya akan tewas dalam perang Badar. Baca Juga Dipenuhi Rasa TakutKetika perang dimulai, pasukan Muslim meneriakkan “Ahad…. Ahad!” sambil terus merangsek maju. Umayyah teringat kata-kata tersebut pernah terus menerus diucapkan Bilal ketika sedang disiksanya. Dia tidak pernah menyangka kata-kata tersebut akan menjadi semboyan sebuah kelompok masyarakat yang berdiri dalam suatu agama yang utuh. Batinnya dipenuhi oleh rasa peperangan sudah berlangsung beberapa lama, Abd ar-Rahman bin Auf melihat Umayyah sedang berpegangan tangan bersama putranya. Sewaktu masih jahiliyah, Abd ar-Rahman bin Auf merupakan kawan dekat Umayyah. Saat itu Abd ar-Rahman bin Auf sedang membawa beberapa buah baju besi hasil rampasan, Umayyah berkata, “apakah engkau ada perlu denganku? Aku lebih baik daripada baju-baju besi yang engkau bawa itu. Aku tidak pernah mengalami kejadian seperti hari ini. Apakah kalian membutuhkan susu?” Maksud Umayyah adalah dia menawarkan dirinya untuk menjadi tawanan dan akan memberikan tebusan beberapa unta yang menghasilkan banyak susu.Abd ar-Rahman bin Auf kemudian membuang baju-baju besi dari tangannya dan menuntun Umayyah bersama putranya. Umayyah kemudian berkata, “siapakah seseorang di antara kalian yang mengenakan tanda pengenal di dadanya berupa sehelai bulu burung unta?” Abd ar-Rahman bin Auf menjawab, “dia adalah Hamzah bin Abdul-Muththalib.” Umayyah menimpali, “dia adalah orang yang paling banyak menimpakan bencana di pasukan kami.”Ketika mereka sedang bercakap-cakap, Bilal melihat mereka, lalu berseru, “dedengkot kekufuran adalah Umayyah bin Khalaf. Aku tidak selamat jika dia masih selamat!” Abd ar-Rahman bin Auf berkata, “wahai Bilal, dia adalah tawananku.” “Aku tidak selamat jika dia masih selamat,” kata Bilal sekali lagi. KEUTAMAAN PARA SAHABAT YANG IKUT PERANG BADARAllah Azza wa Jalla berfirman وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَSungguh Allah telah menolong kalian dalam peperangan Badar, padahal kalian adalah ketika itu lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, supaya kalian mensyukuri-Nya. [Ali Imrân/3123]Ketika menjelaskan makna ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan “Yaitu saat terjadi perang Badar yang bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijrah. Hari itu disebut juga Yaumul furqân hari pembedaan antara yang haq dan yang batil-red. Pada hari itu Allah Azza wa Jalla memuliakan Islam dan kaum Muslimin serta menghancurkan kesyirikan serta pendukungnya, padahal jumlah kaum Muslimin yang ikut serta ketika itu sedikit…” . Allah Azza wa Jalla memuliakan rasul-Nya dan memenangkan wahyu-Nya; Allah Azza wa Jalla ceriakan wajah rasul-Nya serta pengikutnya; Allah Azza wa Jalla sengsarakan setan dan pengekornya. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengingatkan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menolong kamu dalam peperangan Badar, maksudnya jumlah kalian sedikit, supaya mereka menyadari bahwa kemenangan itu semata-mata anugerah dari Allah Azza wa Jalla bukan karena kuantitas ataupun persiapan yang matang. Oleh karena itu dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla berfirman وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًاDan Ingatlah pada peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikitpun. [at-Taubah/925]Itulah sekilas tentang peristiwa Perang Badar yang Allah Azza wa Jalla abadikan dalam al-Qur’ân. Ayat ini juga dibawakan oleh Imam Bukhâri dalam kitab shahîh beliau rahimahullah tentang perang Badar.[1]Keutamaan Para Sahabat Yang Ikut Serta Dalam Perang Badar. 1. Mereka Termasuk Umat Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Terbaik. Imam Bukhâri membawakan sebuah riwayat dari Rifâ’ah, salah seorang Sahabat yang ikut serta dalam perang Badar. Rifâ’ah Radhiyallahu anhu mengatakan bahwa Jibril Alaihissallam mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya “Bagaimana kalian memandang orang-orang yang ikut sserta dalam perang Badar?” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Mereka termasuk kaum Muslimin yang terbaik.” atau kalimat yang seperti itu. Jibril Alaihissallam mengatakan “Begitu juga para malaikat yang ikut dalam Perang Badar.” [HR Bukhâri, Kitâbul Maghâzi, 9/56, no. 3992]Sementara, ada juga di antara para Sahabat yang mengatakan lebih suka ikut serta dalam Bai’atul Aqabah daripada perang Badar. Ibnu Hajar rahimahullah ketika menjelaskan perkataan tentang hal ini-red dari salah seorang Sahabat yang bernama Rafi’orang tua Rifâ’ah Radhiyallahu anhuma, mengatakan “Yang nampak, Râfi bin Mâlik Radhiyallahu anhu tidak mendengar penjelasan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang keutamaan para Sahabat yang ikut andil dalam Perang Badar dibandingkan dengan para Sahabat lainnya. Sehingga, beliau Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu berdasarkan ijtihâd beliau Radhiyallahu anhu. Râfi Radhiyallahu anhu memandang bahwa Bai’atul Aqabah merupakan titik awal pertolongan Islam dan merupakan penyebab hijrah, sehingga memungkinkan untuk bersiap-siap melakukan peperangan.[2]2. Dosa-Dosa Mereka Diampuni. Enam tahun setelah peristiwa Perang Badar, ada sebuah peristiwa yang sempat membuat Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu geram dan meminta agar diidzinkan membunuh orang dianggap pengkhianat oleh Umar Radhiyallahu anhu. Namun permintaan ini ditolak oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan perkataan Umar Radhiyallahu anhu diingkari oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Kisah ini diceritakan oleh Ali bin Abi Thâlih Radhiyallahu anhu. Beliau Radhiyallahu anhu mengatakan “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengutus kami yaitu aku, Zubair dan Miqdâd. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada kami “Pergilah kalian ke daerah Raudhah Khakh! Di sana ada seorang wanita yang sedang membawa sepucuk surat. ambillah surat tersebut !” Lalu kami berangkat, kuda kami berlari kencang membawa kami. Lalu bertemulah kami dengan wanita yang dimaksudkan oleh Rasulullah itu. Kami berkata kepada wanita itu “Keluarkanlah surat yang sedang engkau bawa-pent !” Perempuan itu mengelak “Aku tidak membawa surat.” Kami berkata lagi “Keluarkanlah surat itu atau kamu harus menanggalkan pakaianmu!” Akhirnya ia mengeluarkan surat itu dari sela-sela kepangan rambutnya. Kemudian kami membawa surat itu kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Ternyata surat itu dari Hâthib bin Abu Balta’ah untuk orang-orang musyrik di kota Mekah. Dia memberitahukan beberapa rencana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Hâthib “Wahai Hâthib apa ini ?” Hâthib menjawab “Jangan terburu menghukumi telah kafir[3] , wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku dahulu adalah seorang yang akrab dengan orang-orang Quraisy.” Sufyân salah seoang yang membawakan riwayat ini-pent menjelaskan “Ia pernah bersekutu dengan mereka meskipun dia bukan berasal dari Quraisy.” Hathib bin Abi Balta’ah melanjutkan pembelaan dirinya-pent “Para Muhajirin yang ikut bersamamu mempunyai kerabat yang dapat melindungi keluarga mereka di Mekah. Dan karena aku tidak mempunyai nasab di tengah-tengah mereka, aku ingin memiliki jasa untuk mereka sehingga dengan demikian mereka mau melindungi keluargaku. Aku melakukan ini bukan karena kekufuran, bukan karena murtad, bukan pula karena aku rela dengan kekufuran setelah memeluk Islam.” Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Dia benar.” Umar Radhiyallahu anhu mengatakan “Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, biarkanlah aku memenggal leher orang munafik ini!” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Sesungguhnya dia telah ikut serta dalam perang Badar dan kamu tidak tahu barangkali Allah telah melihat kepada para Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar lalu berfirman “Perbuatlah sesuka kalian karena sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian !” Kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِWaihai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka berita-berita Muhammad, karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan mengusir kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku janganlah kamu berbuat demikian. Kamu memberitahukan secara rahasia berita-berita Muhammad kepada mereka, karena rasa kasih sayang sementara Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nampakkan. Barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus. [al-Mumtahanah/601][4]Penyusun kitab Tuhfatul Ahwadzi mengatakan “Tarajjiy ungkapan semoga atau barangkali dalam firman Allah Azza wa Jalla dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu untuk suatu yang pasti terjadi ” [5]Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan “Ada kesulitan dalam memahami perkataan “Berbuatlah sekehendak kalian!”; dzâhir ucapan ini menunjukkan kebolehan melakukan apa saja, dan ini bertentangan dengan ikatan syari’at. Anggapan ini dibantah dengan mengatakan bahwa maksud perkataan itu adalah pemberitahuan tentang suatu yang telah lewat artinya semua perbuatan yang telah kalian lakukan itu telah diampuni. Ini dikuatkan dengan gaya pengungkapannya-pent, seandainya itu untuk perbuatan-perbuatan di masa yang akan datang, tentu Allah Azza wa Jalla tidak menggunakan kata kerja bentuk lampau yaitu Aku telah ampuni-pent dan tentu Allah Azza wa Jalla mengatakan “Aku akan ampuni kalian.” Pendapat ini dibantah lagi, seandainya ini untuk masa yang telah lewat tentu ungkapan ini tidak bisa dijadikan dalil bagi kisah Hâthib. Karena ucapan ini diucapkankan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Umar Radhiyallahu anhu sebagai pengingkaran beliau Shallallahu alaihi wa sallam terhadap perkataan Umar Radhiyallahu anhu dalam masalah Hâthib Radhiyallahu anhu, dan kisah ini terjadi enam tahun setelah perang Badar. Ini menunjukkan bahwa maksud hadits di atas adalah pengampunan di masa yang akan datang. Pengungkapannya dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau sebagai bentuk penekanan bahwa itu benar-benar akan juga yang mengatakan “Kata kerja bentuk perintah, “Berbuatlah sekehendak kalian!” itu adalah bentuk pemuliaan. Maksudnya mereka tidak akan disiksa akibat perbuatan yang mereka lakukan setelah perang Badar. Ini merupakan keistimewaan bagi mereka karena mereka telah mengalami kondisi sulit yang menyebabkan dosa-dosa mereka terhapuskan dan berhak mendapatkan pengampunan dari Allah Azza wa Jalla.[6]Para Ulama sepakat bahwa kabar gembira yang disebutkan ini berkaitan dengan hukum-hukum akhirat, bukan hukum-hukum dunia seperti pelaksanaan had dan lain sebagainya.[7] Sebagaimana yang terjadi pada Qudâmah bin Mazh’ûn, salah seorang Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar kemudian minum khamer pada masa pemerintahan Umar Radhiyallahu anhu sehingga Qudâmah dikenai hukuman Mereka Termasuk Penghuni Surga. Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Haritsah bin Suraqah gugur dalam Perang Badar. Kemudian, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kembali ke Madinah, ibu Haritsah datang menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mengatakan “Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , anda sudah tahu kedudukan Haritsah dalam diriku. Kalau ia berada dalam surga, saya pasti bisa sabar dan akan tabah, tetapi kalau tidak, maka engkau akan melihat apa akan saya perbuat!”Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Celakalah engkau, apakah surga itu hanya satu ? Sesungguhnya surga itu banyak dan sesungguhnya Haritsah itu berada di surga Firdaus.” [HR Bukhâri, al-Fathu 9/45, no. 3982]Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang sesuai dengan syarat Imam Muslim dari hadits Jâbir, ditegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًاYang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka [8]Inilah beberapa keistimewaan para Sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar. Keistimewaan-keistimewaan ini disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Maka, hendaklah kita berhati-hati dan menjaga lisan kita agar tidak mengomentari para Sahabat dengan komentar-komentar yang buruk, apalagi mereka yang ikut serta dalam Perang Badar. Cukuplah pengingkaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terhadap perkataan Umar Radhiyallahu anhu sebagai peringatan bagi – Fathul Bâri, Dâr Tîbah, Cet. Pertama tahun 1426 H/2005 M – Tafsir Qur’ânil Azhîm, karya Abul Fidâ’ Ismâil Ibnu Katsîr, Maktabah Dârul Faiha dan Maktabah Dârus salâm, Cet. Kedua, tahun 1417 H/1998 M – Tuhfatul Ahwaziy, Dârul Fikr[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XIII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1]. Al-Fath, 9/14 [2]. Al-Fath, 9/57-58 [3]. Tuhfatul Ahwazy, 9/200 [4]. HR Bukhâri, no. 3983 dan 4274, Muslim serta yang lainnya [5]. Lihat tuhfatul Ahwadzy, 9/201 [6]. Al-Fath, 9/46 [7]. Al-Fath, 9/47 [8]. Al-Fath, 9/46 Home /B2. Topik Bahasan3 Sejarah.../Keutamaan Para Sahabat Yang...