Untukmenangani sampah ini pasti tidak akan pernah berhasil jika hanya di hadapi oleh sepihak baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Laporan penelitian yaitu laporan yang berisi mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. MakAlah geografi Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Geografi DESA CIGOMBONG Disusun oleh Ada5 metode pengolahaan sampah antara lain. Gelas plastik bekas minuman di beberapa tempat sampah terlihat tidak lagi berguna. 11 Contoh Latar Belakang, Karya Ilmiah, Laporan PKL Alangkah baiknya jika botol dan gelas plastik tersebut dimanfaatkan menjadi karya kerajinan. Contoh laporan penelitian sampah. Contoh makalah laporan penelitian kerajinan bahan limbah (1). PERADABANBARU ERA DIGITAL (LAPORAN PRAKTIKUM II KELOMPOK 1 PMI UIN Jakarta 2018) Imam Fauzi, 2018. Imam Fauzi. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PUSAT KULIAH KERJA NYATA YOGYAKARTA 2015. by Ttx Smaven. Permasalahantentang sampah sudah sangat sering terjadi di perkotaan. Pengelolaan sampah yang kurang baik dan terbatasnya tempat pembuangan sampah menjadi salah satu faktor penyebabnya. Seperangkat komputer untuk pengolahan data dan penulisan laporan METODE PENELITIAN Alat 1. - 2031 skala 1:5.000 4. Berdasarkan hasil penelitian 20172018. KATA PENGANTAR. Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul "Dampak Pembukaan Lahan di Perumahan Bumi Rindang Luhur" dapat selesai tepat pada aktunya. Adapun maksud penyusunan kaya tulis ilmiah ini untuk memnuhi tugas geografi. Contohsederhana, untuk penelitian tentang pengelolaan sampah misalnya, latar belakang dapat diawali dengan kalimat: "tingginya tingkat konsumsi manusia modern dewasa ini telah mengakibatkan bla bla.." Angkat topik masalah . Kemukakan masalah atau landasan awal yang dapat menghubungkan antara statemen awal dengan penelitian yang akan dilakukan. Referensicontoh penelitian geografi tentang sampah Meningkatnya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat urban dapat disaksikan dari menyampaikan materi pembelajaran dengan judul contoh teks laporan hasil observasi. Teks ini berisi fakta yang didapatkan dari observasi secara langsung. TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI KANTIN SEKOLAH TEKS HASIL Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah. Teks laporan hasil observasi tentang sampah. Menggunakan kata benda atau peristiwa umum sebagai objek utama f2RlNY1. Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 110 Perilaku Membuang Sampah di Sungai dan Problem Lingkungan Pandangan Model Aktivasi Norma Arya Firdhana Fakih1*, Mochammad Sa’id2 1,2 Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang, Malang * Penulis Koresponden Arya Firdhana Fakih. Email Abstrak Manusia memiliki kehendak maupun kuasa untuk melakukan berbagai macam tindakan yang memiliki dampak terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. Perilaku lingkungan ini dapat berdampak positif maupun negatif. Salah satu perilaku lingkungan yang berdampak negatif terhadap lingkungan adalah perilaku membuang sampah di dekat aliran sungai. Hal ini tentunya bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan. Selain itu, perilaku tersebut mengakibatkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran air, luapan air yang berakibat banjir, dan munculnya penyakit. Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk membahas dan merumuskan solusi permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang memunculkan perilaku tidak pro-lingkungan, yaitu membuang sampah di dekat aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM. Selain itu, penulis juga mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode review literatur. Hasil review literatur menemukan faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model. Faktor-faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran akan norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, terdapat dua solusi yang dapat digunakan. Pertama, adanya penegakan hukum legal measures. Kedua, penyediaan layanan yang berkualitas. Penerapan kedua solusi tersebut perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada masyarakat. Kata Kunci membuang sampah, model aktivasi norma, perilaku pro-lingkungan, psikologi lingkungan 1. Pendahuluan Manusia merupakan individu yang memiliki emosi dan akal untuk berperilaku. Dampak yang terasa dari seluruh tingkah laku manusia akan dirasakan oleh lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Manusia memiliki kemampuan untuk melahirkan bencana dari apa yang telah ia perbuat ketika melakukan segala macam bentuk tindakan. Tindakan tersebut turut mempengaruhi lingkungan hidup, lalu menimbulkan reaksi dan balasan dari lingkungan alam maupun manusia itu sendiri Ayuningtias, 2019. Manusia memang memiliki kuasa atau pengaruh yang sangat besar terhadap lingkungan, sehingga dapat menyebabkan dampak-dampak yang merugikan ataupun menguntungkan. Dampak tersebut muncul tergantung bagaimana perilaku manusia tersebut terhadap lingkungan Kusminah, 2018. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa ada keterikatan yang sangat erat antara manusia dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungan memiliki kuasa atau tindakan yang dapat memicu reaksi Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 111 balasan satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat dari contoh kecil -yang apabila dibiarkan dapat menjadi permasalahan besar- yaitu terkait dengan perilaku membuang sampah di sungai. Bahkan menurut BPS atau Badan Pusat Statistik memperkirakan peningkatan data jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai ton. Sebagian besar dari sampah tersebut dibuang di sungai 58,2%, sedangkan 37,6% dibuang di TPA Tempat Pembuangan Akhir Kusminah, 2018. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai telah mengakibatkan peningkatan pencemaran air sungai yang notabene adalah sumber air bagi mereka sendiri. Perilaku tersebut juga dapat berdampak pada ekosistem sungai dan keberlanjutan kegunaannya bagi kehidupan manusia sendiri, seperti sumber pengairan sawah atau sumber air minum Irwandy dkk, 2018. Salah satu kasus pencemaran sungai adalah yang terjadi di Sungai Teluk Dalam Muzaidi dkk, 2018. Tercemarnya sungai ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang semakin meningkat. Hal ini kemudian memicu produksi sampah, terutama limbah rumah tangga. Peningkatan jumlah penduduk dan produksi sampah ini ternyata tidak diimbangi dengan kearifan dalam pengelolaan sampah dan kepedulian terhadap lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat masyarakat sekitar sungai menjadikan sungai sebagai peristirahatan terakhir limbah-limbah domestik mereka. Kasus lain adalah yang terjadi di Sungai Kaligarang, dimana pencemaran airnya semakin meningkat dari waktu ke waktu Sasongko, 2006. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah di dekat aliran sungai sangat bertentangan dengan prinsip perilaku pro-lingkungan dan menyinggung nilai biosferik atau Nilai-nilai terkait antara lain menghormati bumi, mencegah pencemaran dan persatuan dengan alam Krajhanzl, 2010. Perilaku pro-lingkungan adalah perilaku manusia akan kesadarannya untuk meminimalisir pencemaran maupun dampak negatif kepada alam baik berupa konsumsi energi maupun sumber daya yang berlebihan, penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, membuang sampah sembarangan, pembuangan limbah beracun dimana – mana, dan sebagainya Kollmuss & Agyeman, 2002. Tujuan dari perilaku pro-lingkungan adalah memberikan solusi atau mengurangi permasalahan-permasalahan lingkungan hidup yang ada Homburg & Stolberg, 2006. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa perilaku manusia terhadap lingkungan, yaitu membuang sampah di aliran sungai, menjadi sebuah permasalahan yang penting untuk dibahas. Pembahasan ini bertujuan agar tidak muncul dampak-dampak negatif lanjutan di masa depan akibat perilaku lingkungan yang keliru tersebut. Permasalahan ini perlu diatasi dengan menggunakan sudut pandang rasional dan ilmiah. Salah satunya adalah dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan. Berangkat dari argumen di atas, penulisan review literatur ini dilakukan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai dengan menggunakan perspektif psikologi lingkungan, khususnya mengenai perilaku pro-lingkungan. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor psikologis yang menyebabkan munculnya perilaku membuang sampah di aliran sungai. Teori yang digunakan adalah Model aktivasi Norma NAM. Secara garis besar, penerapan model aktivasi norma terhadap perilaku membuang sampah di aliran sungai menunjukkan jalan yang tepat untuk menemukan jawaban bagaimana individu atau kelompok melakukan perilaku tersebut. Mulai dari sisi ketidakadanya salah satu atau semua pemenuhan ketiga komponen dalam model aktivasi norma yang membuat individu atau kelompok tidak memenuhi perilaku pro-lingkungan, dan berakhir pada self-serving denial tentang bagaimana secara lebih mendalam menjelaskan individu atau kelompok tidak menerapkan perilaku pro- Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 112 lingkungan atau membuang sampah di aliran sungai. Selain itu, tulisan ini juga akan mengemukakan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. 2. Kajian Literatur Model Aktivisi Norma NAM Model Aktivasi Norma Norm Activation Model/NAM merupakan salah satu teori yang sering digunakan dalam menganalisis faktor penyebab perilaku lingkungan individu Onwezen dkk, 2013. Secara keseluruhan, teori ini menegaskan bahwa individu akan mengorbankan kepentingan pribadinya untuk keuntungan kolektif orang lain, dan berakar pada perilaku altruistik Fang dkk, 2019 Pada mulanya teori ini muncul sebagai salah satu model yang sering digunakan dan pertama kali diusulkan pada tahun 1977 oleh Schwartz untuk menganalisis permasalahan perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Penggunaan Model NAM telah digunakan sebelumnya pada beberapa studi yang membahas perilaku pro-lingkungan dalam lingkup konteks transportasi umum, penggunaan energi, penerimaan dan penggunaan teknologi yang bertanggung jawab. Dengan penggunaan tiga hal atau variabel kunci pada model NAM ini menunjukkan bahwa dalam penelitian – penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa personal norms norma pribadi lah yang memiliki dampak penting. Dikarenakan kewajiban moral dan norma pribadi tiap individu dapat memprediksi dan menjadi pemicu untuk individu tersebut terlibat dalam perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Menurut teori NAM, individu akan menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki tiga hal Steg dkk, 2017; Fang dkk, 2019. Pertama, norma pribadi personal norms. Norma pribadi ini mengacu pada perasaan kewajiban moral untuk melakukan perilaku tertentu yang terkait dengan perilaku pro-lingkungan. Kedua, kesadaran akan konsekuensi awareness of consequences. Dalam hal ini individu menyadari konsekuensi merugikan dari tindakannya terhadap orang lain atau lingkungannya. Ketiga, rasa tanggung jawab ascription of responsibility. Dalam hal ini, individu akan lebih termotivasi untuk menunjukkan perilaku pro-lingkungan apabila ia memiliki perasaan pribadi bahwa ia ikut bertanggung jawab atas konsekuensi negatif dari perilakunya. Ketiga kerangka dalam NAM tersebut telah dilakukan dalam beberapa riset yang sudah dilakukan oleh berbagai penelitian. Salah satu penelitiannya yaitu dengan mengkaji faktor – faktor atau determinan perilaku pro-lingkungan pada pegawai pemerintahan pusat dan daerah di wilayah Taiwan menggunakan tiga kerangka NAM tersebut Fang dkk, 2019. Hasil yang didapatkan yaitu pada pegawai lingkungan pemerintah pusat maupun daerah menunjukkan bahwa norma pribadi memiliki dampak besar dalam memprediksi lingkungan yang pro-lingkungan. Hal ini disebabkan oleh seberapa jauh masyarakat meraih pendidikan dan pengetahuan lebih akan kesadaran pro-lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di daerah Fang dkk, 2019. Kemudian dalam aspek tanggung jawab dan kesadaran akan konsekuensi menunjukkan bahwa pegawai pemerintah cenderung memiliki keberhasilan dalam penerepan dua aspek ini. Namun sebaliknya, pada pegawai pemerintahan daerah menunjukkan bahwa kedua aspek ini sangat lemah baik dalam mengarahkan masyarakat maupun penerapannya terhadap perilaku pro-lingkungan Fang dkk, 2019. Oleh karena itu dilakukan serangkain penyuluhan rutin, seminar, workshop, dan roadshow. Dalam serangkaian kegiatan tersebut memuat hal – hal yang dapat membuat pegawai pemerintahan daerah memberikan dan membangun kesadaran lebih akan perilaku pro-lingkungan dengan kesadaran dari ketiga aspek NAM. Selain itu, bentuk penerapan yang akan dilakukan diharapkan dapat meluas dalam Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 113 penerapannya di kebijakan – kebijakan yang akan dibuat atas program pelatihan lingkungan dasar yang diadakan Fang dkk, 2019 Namun demikian, dalam kenyataannya, pemenuhan tiga syarat perilaku pro-lingkungan di atas tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan individu seringkali dihadapkan pada konflik keputusan antara mementingkan kepentingan bersama pro-lingkungan atau kepentingan pribadinya merusak lingkungan Steg dkk, 2017. Konflik keputusan yang dihadapi individu tersebut disebabkan oleh adanya self-serving denial. Self-serving denial adalah penolakan terhadap kewajiban moral untuk berperilaku pro-lingkungan dalam rangka menjustifikasi perilaku merusak lingkungan yang dimunculkan. Self-serving denial dapat muncul dalam empat bentuk yang dapat menjelaskan bagaimana individu melakukan penyangkalan atau penolakan terhadap perilaku pro-lingkungan Steg dkk, 2017. Diantaranya yaitu 1. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena kurang jelasnya pembahasan dari beberapa permasalahan lingkungan. Kemudian orang – orang akan mencoba selektif terhadap berbagai penelitian maupun perdebatan dari para ahli terkait permasalahan tersebut yang memihak dirinya kepentingan dirinya sendiri untuk tidak pro lingkungan daripada kepentingan bersama pro-lingkungan 2. Seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran terhadap permasalahan lingkungan bahwa kontribusi dari dirinya tidak akan terlalu memberikan kontribusi lebih. Kemudian menyalahkan pihak ketiga yaitu kebijakan – kebijakan pemerintah, aktivitas industri dan lain sebagainya. 3. Individu cenderung bisa untuk melakukan peminimalisiran perilaku pro-lingkungan. Namun, individu memiliki beberapa argumen dimana fasilitas – fasilitas yang menunjang perilaku tersebut tidak memenuhi. Contohnya dapat dilihat dari percobaan untuk mengurangi polusi udara namun fasilitas yang disediakan kurang sesuai dengan konsumsi atau keinginan individu yakni transportasi umum. 4. Individu cenderung mengabaikan dan tidak menaruh perhatian lebih terhadap perilaku pro-lingkungan karena memiliki pemikiran bahwa hal yang akan ia lakukan tidak akan efektif. Pemikiran tersebut bisa bermuara pada pemikiran yang mengasumsikan bahwa masalah lingkungan merupakan masalah bersama commons dilemmas, apalagi kalau masalah yang dikaitkan dalam skala besar. Teori NAM diklaim tepat untuk digunakan dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang terkait dengan biaya perilaku yang relatif rendah dalam hal uang, waktu, atau usaha, seperti perilaku daur ulang Steg dkk, 2017. Di sisi lain, teori ini kurang kuat dalam menjelaskan perilaku lingkungan yang lebih mahal dalam hal upaya, uang atau waktu, seperti mengurangi penggunaan mobil pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas, teori NAM sangat tepat digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah di aliran sungai. 3. Metode Review Literatur Literature Review Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode review literatur literature review. Review literatur adalah sebuah cara untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan penelitian-penelitian sebelumnya sehingga menghasilkan kesimpulan tertentu Snyder, 2019. Melalui review literatur, diharapkan dapat dihasilkan jawaban atas suatu pertanyaan penelitian yang tidak didapatkan melalui metode lain. Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 114 Sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penulisan artikel ini ada dua jenis. Pertama, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai teori Model Aktivasi Norma. Kedua, sumber-sumber literatur yang memuat pembahasan mengenai metode intervensi untuk mengatasi persoalan perilaku lingkungan. Kedua jenis sumber literatur tersebut digunakan untuk membahas permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai yang menjadi fokus pembahasan tulisan 4. Hasil dan Pembahasan Faktor Penyebab Sungai adalah salah satu elemen penting lingkungan dalam kehidupan manusia. Bahkan di banyak wilayah, khususnya di pedesaan, sungai sering diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan masyarakatnya Yenrizal, 2016; Erliyani dkk, 2010. Dari situlah alasan mereka mendiami daerah sekitar sungai dan di situlah mereka bersandar. Di dalam sungai sendiri terdapat banyak sekali ekosistem baik hewan maupun tumbuhan di dalamnya. Banyak di antara masyarakat yang hidup di dekat aliran sungai memanfaatkan keberadaan sungai sebagai jalur transportasi dari desa ke desa lain, mengairi sawah, mandi, pengatur suhu tanah di sekitar aliran sungai, sumber air minum, dan sebagainya Yenrizal, 2016. Perilaku membuang sampah di aliran sungai, dalam kacamata teori NAM, dapat dianalisis berdasarkan 3 aspek penting yang menjadi faktor munculnya perilaku pro-lingkungan. Ketiga aspek tersebut adalah norma pribadi, kesadaran akan konsekuensi, dan rasa tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan analitis dari masing-masing aspek tersebut. Pertama adalah dari aspek norma pribadi. Individu cenderung tidak melihat aspek penting ini, dimana seharusnya ia memiliki perasaan akan kewajiban moral atas keberlangsungan lingkungan di sekitarnya yang dapat mendorong dirinya untuk berperilaku pro-lingkungan. Dan dalam konteks pembahasan, beberapa individu tidak melihat nilai – nilai positif atau negatif atas tindakan membuang sampah di aliran sungai. Ia mungkin melihat nilai positif atas tindakannya terhadap dirinya yang mana memudahkan ia untuk membuang sampah dengan mudah dan lingkungan disekitarnya akan menjadi bersih dan sehat. Namun, individu tersebut tidak melihat nilai positif jika ia membuang sampah pada tempatnya dan nilai negatif atas tindakannya membuang sampah di aliran sungai untuk keberlangsungan hidup lingkungan di masa depan. Kedua adalah dari aspek kesadaran akan konsekuensi. Apabila individu merasakan aspek kedua ini, maka ia akan merasakan dan menyadari akan konsekuensi berkelanjutan atas tindakan yang telah ia lakukan membuang sampah di aliran sungai yang berdampak pada dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Diantaranya yaitu pencemaran air bersih, perusakan ekosistem laut, polusi, peluapan air, air yang tercemar menimbulkan berbagai penyakit, dan lain sebagainya. Ketiga adalah dari aspek rasa tanggung jawab. Aspek terakhir ini dapat terwujud apabila individu memiliki kesadaran akan tanggung jawab untuk berperilaku pro-lingkungan bukan hanya dari sudut pandang “semua ini tanggung jawab bersama” namun juga memiliki pemikiran bahwa “perilaku pro-lingkungan dapat dimulai dari diri sendiri, dan kontribusi yang dilakukan memberikan dampak lebih bukan hanya sedikit pada lingkungannya”. Hal ini ditujukan agar tiap individu memiliki rasa kepercayaan diri atas tanggung jawab yang ia dapat untuk selalu berperilaku pro-lingkungan dan tidak menyepelekan tanggung jawabnya dan tidak bersikap tak acuh terhadap perilaku ini. Selain melihat dari ketiga aspek faktor dari Model Aktivasi Norma, kita juga dapat melengkapi pemahaman mengenai perilaku membuang sampah di aliran sungi dengan menggunakan tiga faktor Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 115 psiko-ekonomis biaya, waktu, dan usaha. Ketiga faktor psiko-ekonomis ini turut berperan dalam memunculkan norma pribadi individu untuk berperilaku pro-lingkungan, yang dalam hal ini adalah untuk tidak membuang sampah di aliran sungai. Pertama adalah aspek biaya. Dari segi biaya, membuang sampah di sungai tentu lebih murah, bahkan gratis, apabila dibandingkan dengan mengelolanya melalui manajemen sampah atau daur ulang. Yang kedua adalah aspek waktu. Dalam proses pembuangan sampah, membuang sampah di aliran sungai terasa lebih efektif bagi individu daripada harus membuang pada tempat khusus atau mengelolanya. Hal ini dikarenakan tidak semua wilayah di dekat aliran sungai memiliki tempat pembuangan sampah yang relatif dekat. Bahkan sebaliknya, sungai justru menjadi salah satu elemen penting kehidupan masyarakat, termasuk sebagai tempat pembuangan sampah, karena jaraknya relatif dekat dengan mereka. Hal ini terutama banyak terjadi di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes-PDT, minim sekali tempat pembuangan sampah TPS di daerah pedesaan Rahadian, 2015. Dari data potensi desa PoDes, ada lebih dari 88 persen desa yang tidak memiliki TPS. Hal inilah salah satu pemicu atau penyebab terjadinya perilaku pembuangan sampah di aliran sungai. Aspek yang ketiga ialah usaha atau tenaga. Usaha atau tenaga individu dalam proses pembuangan sampah ke TPS, apalagi melakukan daur ulang, cukup jauh dan lebih menguras tenaga untuk mencapainya. Hal inilah yang membuat individu cenderung memilih membuang sampah di aliran sungai yang mana tidak perlu mengeluarkan usaha besar. Mendorong Perilaku Nyampah yang Pro-Lingkungan Solusi yang dapat diajukan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku membuang sampah di aliran sungai adalah dengan menggunakan dua strategi, yaitu penegakan hukum legal measures dan penyediaan layanan yang berkualitas availability of quality service Steg dkk, 2017. Yang pertama adalah adanya penegakan hukum legal measures. Dalam hal ini sistem penegakan hukum terkait pelanggaran terhadap kelestarian lingkungan harus ditegakkan sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi. Sistem penegakan hukum ini tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat dalam perumusan dan penerapannya. Dengan demikian, masyarakat diharapkan menjadi lebih tertib dan menaati aturan terkait perlakuan terhadap sampah agar tidak membuangnya di aliran sungai. Lambat laun pun akan muncul perilaku pro-lingkungan sedikit demi sedikit dan perilaku membuang sampah pada aliran sungai mulai berkurang karena permasalahan ini diatur oleh hukum dan didukung oleh pemerintah setempat. Yang kedua ialah penyediaan layanan yang berkualitas. Dalam hal ini pemerintah setempat, atau bahkan lebih spesifik pemerintah di tingkat desa/kelurahan, dapat membuat program pengelolaan sampah secara terpadu. Salah satunya adalah dengan membuat program pemilahan sampah. Program ini dilakukan dengan menyediakan tiga jenis tempat sampah untuk pemilahan sampah di setiap rumah. Hal ini bertujuan untuk mendidik masyarakat membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Selain itu, penyediaan tiga jenis tempat sampah juga diharapkan dapat mendidik masyarakat untuk dapat mengelola sampah sesuai dengan jenis sampah rumah tangga mereka. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu membuang sampah ke aliran sungai. Penerapan kedua solusi di atas, baik penegakan hukum maupun penyediaan layanan yang berkualitas, perlu didahului dengan penyuluhan dan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar niat dan tujuan yang baik dari kedua solusi tersebut dapat tersampaikan kepada Prosiding Seminar Nasional dan Call Paper Mahasiswa “Memperkuat Kontribusi Kesehatan Mental dalam Penyelesaian Pandemi Covid 19 Tinjauan Multidisipliner” Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang - 10 April 2021 116 masyarakat. Selain itu, persepsi, kesadaran, motivasi, dan norma pribadi masyarakat terhadap perilaku pro-lingkungan terkait sampah dengan kedua solusi tersebut dapat terbangun sesuai dengan yang diharapkan Aisyah, 2014. Rujukan Aisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Jember. Ayuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel Surabaya. Rahadian, L. 2015. Tempat Pembuangan Sampah Di Desa Hanya 11 Persen. CNN Erliyani, R., Zulaeha, M., & Sihite, D. 2010. Pengetahuan Masyarakat Pinggiran Sungai tentang Perda Nomor4 Tahun 2000 dan Perda Nomor 19 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Kebersihan Terhadap Prilaku Membuang Sampah ke Sungai. Jurnal Cita Hukum, 22, 285-303. Fang, Chiang, Ng, E., & Lo, 2019. Using the Norm Activation Model to Predict the Pro-Environmental Behaviors of Public Servants at the Central and Local Governments in Taiwan. Sustainability, 1113. Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002. Mind The Gap Why Do People Act Environmentally and What Are The Barriers to Pro-Environmental Behavior?. Environmental Education Research, 83, 239-260. Homburg, A., & Stolberg, A. 2006. Explaining pro-environmental behavior with a cognitive theory of stress. Journal of Environmental Psychology, 261, 1-14. Krajhanzl, J. 2010. Environmental and pro environmental behavior. School and Health, 211, 251-274 Kusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31. Muzaidi, I., Anggarini, E., & Prayuga, H. M. R. 2018. Studi Kasus Permasalahan Sungai Teluk Dalam, Banjarmasin. Media Teknik Sipil, 162, 108-114. Onwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141–153. Sasongko, L. A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk Di Sekitar Sungai Tuk Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Serta Upaya Penanganannya Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan Ngisor Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Snyder, H. 2019. Literature Review as A Research Methodology An Overview and Guidelines. Journal of Business Research, 104, 333–339. Steg, L., Keizer, K., Buunk, A. P., & Rothengatter, T. Eds.. 2017. Applied Social Psychology. Cambridge University Press. Yenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. ... Faktor-faktor penyebab perilaku membuang sampah di aliran sungai berdasarkan tiga aspek NAM Norm Activation Model yaitu kurangnya kesadaran norma pribadi, kesadaran konsekuensi, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mengatasinya dapat digunakan yaitu pertama adanya penegakan hukum legal measures, kedua penyediaan layanan yang berkualitas [9]. ...NonistantiaSecara astronomi, Kota Bekasi terletak antara 106o48’28’’–107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’–6o30’6’’ Lintang Selatan, dan memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2 dengan batas-batas wilayah administrasi terdiri atas DKI Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Dalam buku Kota Bekasi dalam angka Tahun 2018, jumlah penduduk sebesar jiwa, hal ini menunjukkan peningkatan 2,45 % dari tahun 2017. Ancaman yang berpeluang yakni lingkungan yang tidak sehat, tersumbatnya drainase kota dan aliran sungai yang memberikan dampak fatal yaitu banjir. Tujuan yang ingin dicapai yaitu menata sistem penanganan sampah sehingga mengurangi resiko banjir. Metode yang digunakan adalah merancang sistem bank sampah dan kegiatan pengangkutan sampah dan sedimen saluran kegiatan pematusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pematusan sepanjang 796 m per-hari atau km per-bulan perlu dilakukan oleh dinas teknis DBMSDA Kota Bekasi. Disimpulkan bahwa perancangan model penanganan sampah-sedimen secara sinergi baik masyarakat dari RT-RW yang berkoordinasi dengan dinas terkait dalam sistem pemerintahan Kota Bekasi, mampu mengurangi terjadinya resiko banjirNurul AvifahMuhimmatul HasanahManusia memiliki ikatan dengan suatu tempat yang disebut dengan place attachment. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di ekspresikan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yaitu masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di pilih melalui purposive sampling sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sehingga di dapatkan sebanyak 5 subjek penelitian. Pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Kredibilitas data yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dengan membanding data wawancara subjek dengan wawancara dengan significant other. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terlihat adanya gambaran place attachment pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri yang di tunjukkan melalui perasaan dan tindakan yang dilakukan subjek. Place attachment yang terjadi pada masyarakat daerah Makam Sunan Giri berupa emosi positif dan negatif yang dirasakan selama tinggal di daerah Makam Sunan Giri dan tindakan untuk menjaga daerah Makam Sunan Giri Hannah SnyderKnowledge production within the field of business research is accelerating at a tremendous speed while at the same time remaining fragmented and interdisciplinary. This makes it hard to keep up with state-of-the-art and to be at the forefront of research, as well as to assess the collective evidence in a particular area of business research. This is why the literature review as a research method is more relevant than ever. Traditional literature reviews often lack thoroughness and rigor and are conducted ad hoc, rather than following a specific methodology. Therefore, questions can be raised about the quality and trustworthiness of these types of reviews. This paper discusses literature review as a methodology for conducting research and offers an overview of different types of reviews, as well as some guidelines to how to both conduct and evaluate a literature review paper. It also discusses common pitfalls and how to get literature reviews understanding of the environmental value-action gap between public servants at the central and local governments is essential for the effective implementation of environmental policies, which is limited in the extant literature. This study has adopted the norm activation model to explore the pro-environmental behaviors of public servants at the central and local governments in Taiwan. A total of 7567 valid questionnaires were collected, and significant differences were evident between public servants at the central n = 3400 and local n = 4167 governments in personal norms, awareness of consequences, ascription of responsibility, and pro-environmental behaviors. Findings revealed that personal norms were the key factors predicting pro-environmental behaviors of public servants at both the central and local governments. Results also indicated that the awareness of consequences by public servants at the central government had a direct effect on their pro-environmental behaviors, which in turn had a significant effect on their ascription of responsibility. In contrast, awareness of consequences by public servants at the local government had no significant direct effect on their pro-environmental behaviors and had only a weak positive effect on their ascription of responsibility. Jan KrajhanzlOne of important areas of interest in psychology is the so-called envi-ronmental or pro-environmental behaviour. The author offers a concept that may faci-litate orientation in the many factors that affect our environmental behaviour. He pre-sents a methodological procedure that support environmentally friendly behaviour in practice. He lists fi ve characteristics of personal relationship with nature and explains how important it is to clearly distinguish between them in both professional theory and practice. The author also emphasizes the importance of people forming a personal re-lationship with nature. In this respect, study of individual personal understanding of general terms of environmental education and the building of a common understanding seem of paramount importance. Keywords environmental behavior, proenvironmental behavior, environmentally friendly behavior, areas of environmental behavior, characteristics of the relationship to nature, the need for contact with nature, abilities for contact with nature, environmental sensitivity, general attitude to nature, environmental concernNumerous theoretical frameworks have been developed to explain the gap between the possession of environmental knowledge and environmental awareness, and displaying pro-environmental behavior. Although many hundreds of studies have been undertaken, no definitive explanation has yet been found. Our article describes a few of the most influential and commonly used analytical frameworks early US linear progression models; altruism, empathy and prosocial behavior models; and finally, sociological models. All of the models we discuss and many of the ones we do not such as economic models, psychological models that look at behavior in general, social marketing models and that have become known as deliberative and inclusionary processes or procedures DIPS have some validity in certain circumstances. This indicates that the question of what shapes pro-environmental behavior is such a complex one that it cannot be visualized through one single framework or diagram. We then analyze the factors that have been found to have some influence, positive or negative, on pro-environmental behavior such as demographic factors, external factors institutional, economic, social and cultural and internal factors motivation, pro-environmental knowledge, awareness, values, attitudes, emotion, locus of control, responsibilities and priorities. Although we point out that developing a model that tries to incorporate all factors might neither be feasible nor useful, we feel that it can help illuminate this complex field. Accordingly, we propose our own model based on the work of Fliegenschnee and Schelakovsky 1998 who were influenced by Fietkau and Kessel 1981.Based on cognitive stress theory we present a model that aims at explaining individual pro-environmental behavior environmental stressors pollution in domestic and work contexts, mediated via appraisal processes demand appraisal, self-efficacy, activate problem-focused coping. This in turn leads to pro-environmental behavior in various behavioral domains social engagement, private-sphere and workplace. Structural equation models were used to test the proposed model. Questionnaire data from Studies 1 and 2 suggest that the theory offers a good explanation of pro-environmental behavior. However, self-efficacy beliefs did not predict problem-focused coping or pro-environmental behavior. In a modified model, we hypothesized that with environmental problems as stressors, it would be collective rather than individual efficacy that determines coping attempts and pro-environmental behavior. Studies 3 and 4 found support for this modified model. Taken together the four studies lent support to our basic idea that appraisal processes activate problem-focused coping, which in turn leads to pro-environmental Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir KecamatanU AisyahAisyah, U. 2014. Pengelolaan Sampah Domestik Berbasis Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Ambunten Kabupaten Sumenep. Skripsi. Universitas Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 TahunA AyuningtiasAyuningtias, A. 2019. Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Pembuangan Sampah di Aliran Sungai di Desa Kedungbanteng Tanggulangin Sidoarjo Perspektif Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 dan Fatwa MUI No. 47 Tahun 2014. Disertasi. UIN Sunan Ampel 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten GresikI L KusminahKusminah, I. L. 2018. Penyuluhan 4R Reduce, Reuse, Recycle, Replace dan Kegunaan Bank Sampah sebagai Langkah Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Ekonomis di Desa Mojowuku Kabupaten Gresik. JPM17 Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31.The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental BehaviourM C OnwezenG AntonidesJ BartelsOnwezen, M. C., Antonides, G., & Bartels, J. 2013. The Norm Activation Model An Exploration of The Functions of Anticipated Pride and Guilt in Pro-Environmental Behaviour. Journal of Economic Psychology, 39, 141-153. Dalam Pemaknaan Masyarakat PedesaanY YenrizalYenrizal, Y. 2016. Sungai Dalam Pemaknaan Masyarakat Pedesaan, Studi Etnoekologi Komunitas Pada Masyarakat Desa Karanganyar, Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Nizham. 10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah Kelas 10 – Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah prinsipnya harus berdasarkan apa yang ada. Tanpa dilebihkan atau dikurangi. Seperti laporan pengamatan pada umumnya dimulai dari kondisi umum. Lalu melebar dan lebih mendalam mengenai apa saja yang kamu lihat di lapangan. Tulisan nantinya tidak perlu ada penyelesaian atau kesimpulan. Hanya berdasarkan fakta di lapangan yang bisa kamu amati. Tujuan pembuatan laporan seperti ini adalah memberikan gambaran sebenarnya. Baik atau buruk tidak menjadi penilaian. Pembaca memerlukan informasi yang benar dari sumber terpercaya. Dalam penulisan nantinya tidak perlu menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami. Apalagi untuk kelas 10, bisa menggunakan bahasa baku ringan sehari-hari. Termasuk untuk obyek spesifik bisa disertai penjelasan dalam bahasa yang lebih mudah. 10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang SampahDaftar Isi10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant Daftar Isi 10 Contoh Teks Laporan Hasil Observasi tentang Sampah 1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga 2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah 3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai 4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah 5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata 6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit 7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain 9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan 10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant mikhail-nilov Menulis laporan mengenai sampah cukup mudah. Kamu bisa mencari lokasi-lokasi yang tidak steril dan merupakan fasilitas umum. Lakukan pengamatan kemudian tentukan akan menuliskan dari sudut pandang mana. Berikut contoh penulisannya. 1. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah rumah tangga Sampah rumah tangga paling banyak ada di area dapur. Sisa makanan, minuman, bumbu masakan, kotoran sisa proses memasak, bungkus plastik, sterofoam, kaleng, daun pembungkus. Area yang biasa ada di belakang ini sangat mudah kotor. Kotoran organik lebih mendominasi seperti sisa nasi, sisa sayur, sisa lauk, bahan makanan busuk. Sisa-sisa seperti ini menimbulkan pemandangan tidak sedap. Di Dapur ada tempat sampah untuk menampung semua sisa makanan dan bahan makanan tersebut. Meski kondisinya tertutup tetapi bau menyengat tidak sedap tetap ada. Kotoran yang tidak segera dibuang tersebut juga mengundang semut dan lalat. Kondisi semakin tidak enak dipandang saat tempat sampah berserakan karena tikus. Di malam hari saat kondisi gelap karena tidak ada lampu kecoa dan tikus masuk ke dalam tempat sampah mengais sisa makanan. Akhirnya berceceran keluar. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di atas selesai dan mudah dipahami. Tidak perlu ada penyelesaian disini sebab hanya dibutuhkan informasi sebenarnya terkait objek pengamatan. 2. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di lingkungan sekolah Lingkungan sekolah juga tidak luput dari sampah dan kotoran apapun jenisnya. Bagi kamu yang masih duduk di bangku sekolah akan lebih mudah mengamatinya. Untuk laporannya bisa kamu tulis seperti contoh di bawah ini. Sampah di sekolah paling banyak berupa kertas, bungkus makanan, botol minuman, sisa alat tulis yang habis. Setiap kelas memiliki tempat penampungan sementara diletakkan di sudut depan. Tapi kebanyakan diletakkan di depan kelas. Tempat penampungan berupa branjang dilapisi dengan plastik polybag. Saat membuang ke tempat penampungan utama cukup diambil plastik polybag. Kotoran didalamnya tidak akan berceceran. Sampah di lingkungan sekolah lebih kering, kebanyakan berupa anorganik yaitu yang tidak dapat langsung terurai. Tidak mengundang lalat atau binatang lain datang dan mengacak-acak. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah yang dibahas masih umum. Lebih membahas yang ada di sekitar kelas dan merupakan sisa dari aktivitas siswa atau guru. Jadi hampir tidak ditemukan bahan organik. 3. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di sungai Sungai masih dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah aneka jenis oleh masyarakat. Bungkus plastik, kardus, perabot rumah tangga yang sudah tidak terpakai, elektronik, barang-barang dari karet, hingga pakaian. Penumpukan berbagai material buangan tersebut membuat aliran sungai semakin lambat. Semua benda di atasnya menumpuk tidak dapat mengalir ke hilir karena semakin banyak. Pemandangan jadi tidak asri lagi. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah diatas merupakan kondisi yang umum tentang pemandangan sungai dari hasil pengamatan. Bisa dilanjutkan dengan permasalahan nyata di lapangan, seperti di bawah ini. Air sungai seharusnya jernih, atau kecoklatan karena kandungan material lumpur alami. Tetapi tidak demikian adanya karena adanya tumpukan berbagai material di atasnya. Sungai justru menyerupai daratan karena airnya tidak tampak lagi. Semula material buangan masyarakat di aliran sungai bisa menepi seiring aliran air. Tapi kini bahkan di tengah permukaannya tertutupi. Selain pemandangan yang tidak asri bau menyengat tidak dapat dihindari. Sungai yang tidak bersih seperti ini jadi sumber penyebab penyakit seperti demam berdarah. Sebab jadi tempat hidup nyamuk yang bisa menularkan penyakit dari satu orang ke orang lain. Selain itu menyebabkan air tanah di sekitar tercemar limbah. Limbah di sungai lama-kelamaan larut terutama wadah mengandung bahan kimia. Pada akhirnya akan masuk ke dalam tanah dan mencemari sumur sekitar. 4. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah Tempat ibadah seharusnya terjaga kebersihannya setiap waktu. Nyatanya masih juga terdapat sampah meski jumlahnya tidak banyak dan mengganggu. Beruntungnya kotoran di tempat ibadah mudah dibersihkan. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat ibadah bisa dijabarkan lebih detail. Secara umum jarang terdapat material buangan dari jamaah karena sadar etika. Namun pasti ada yang perlu diperbaiki terkait kebersihannya, berikut lanjutannya. Jamaah biasa membuang sampah seperti cup air minum pada tempat yang sudah disediakan di area luar. Bungkus makanan atau snack yang dibawa sendiri juga diperlakukan sama, yaitu langsung dibuang pada tempatnya. Untuk di masjid area paling sering kotor adalah tempat TPA atau tempat mengaji anak-anak. Kotoran berupa bekas kapur, kertas, alat tulis yang berserakan, pensil warna, bungkus makanan ringan. Kondisi ini tidak berlangsung lama sebab setelah selesai langsung dibersihkan kembali. Sehingga tetap bersih, rapi dan tidak bau saat digunakan kembali untuk ibadah. Kondisi serupa di tempat ibadah agama lain seperti gereja, vihara dan pura. Tujuan utama orang mendatangi tempat ibadah adalah untuk melaksanakan kegiatan religi. Fokus pada setiap prosesi ibadah, tidak sambil makan atau minum. 5. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata Fasilitas umum seperti tempat wisata pasti bermasalah dengan sampah. Pengunjung banyak yang belum sadar untuk buang sampah pada tempatnya. Ini tampak pada banyaknya kotoran di jalanan dan spot-spot penting. Kebiasaan buang bungkus makanan dan botol minuman sembarangan masih belum dapat dihilangkan. Jauh dari lokasi tong sampah jadi salah satu alasannya. Padahal bisa saja dibawa sementara kemudian dibuang saat menemukan tempat penampungan yang disediakan. Di kebun binatang banyak terdapat bungkus makanan plastik yang diletakkan begitu saja di pinggir jalan. Kotoran tersebut mengganggu pemandangan dan tidak langsung ditangani sebab petugas kebersihan bekerja di pagi hari. Bukan satu dua pengunjung saja yang melakukan hal kurang etis tersebut. Akibatnya seperti tempat wisata tidak pernah mendapat perawatan memadai terkait dengan masalah kebersihan. Belum lagi beberapa sampah menyebabkan bau karena berasal dari makanan dan minuman basi. Ini mengundang datangnya lalat dan larva pemakan sisa makanan. Pemandangan yang mengurangi nilai estetika tempat wisata tentunya. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di tempat wisata di atas berdasarkan pengamatan. Lebih bersifat negatif sesuai kondisi tidak menyenangkan sesungguhnya. Dan kamu tidak perlu membuat kesimpulan dari permasalahan yang ada. 6. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit Rumah sakit sumber limbah medis berbahaya. Seperti botol bekas obat injeksi, bekas infus, selang infus, bekas alat transfusi dan masih banyak lagi. Ada yang berbahan plastik, kaca, karet, kasa, kapas. Ada juga bekas perlengkapan pribadi pasien. Sumber pertama yang bisa dilihat jelas tentu saja dari kamar pasien. Tisu, bekas bungkus makanan dan minuman, kapas. Di bagian tindakan lebih beragam seperti bekas jarum suntik, botol obat, bungkus obat dari alumunium foil, kapas, dan sebagainya. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di rumah sakit bisa dikembangkan lagi. Pengamatan bisa meluas tidak hanya satu bagian. Kamu bisa mengambil lebih banyak unit yang ada. Limbah medis yang dihasilkan dalam jumlah banyak setiap hari ini sudah memiliki standar pengelolaan. Rumah sakit harus dalam kondisi bersih karena fungsinya untuk membantu pengobatan dan perawatan pasien. Maka setiap sampah selalu dikumpulkan tiap pagi dan sore oleh petugas. Dimasukkan dalam polybag tertutup langsung dibawa ke tempat penampungan dan pengolahan lanjutan. Rumah sakit sudah memiliki unit khusus pengolahan limbah sehingga aman bagi lingkungan. Sementara ditampung di ruang khusus. Kemudian untuk limbang yang tidak dapat didaur ulang sendiri dan perlu dimusnahkan akan diambil oleh vendor. Rumah sakit sudah memiliki kerjasama dengan unit pengolahan limbah dari perusahaan lain. 7. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di jalan Jalan kompleks sekitar perumahan sulit sekali bersih dari sampah. Apa saja jenisnya bisa organik bisa anorganik. Baik berasal dari warga sekitar atau orang lain pengguna jalan. Selain itu juga daun kering dari pohon-pohon besar menambah kondisi makin tampak kotor. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah meski singkat namun sudah mewakili. Sesuai sebagai intro dari laporan selanjutnya yang membahas secara lebih detail mengenai kondisi jalanan kotor akibat sampah, seperti di bawah ini. Setiap rumah menyediakan tong sampah untuk tempat penampungan. Harusnya ini bisa dimanfaatkan para pengguna jalan. Tetapi pengguna jalan tidak semua berjalan kaki atau bersepeda melainkan menggunakan motor atau mobil. Sehingga pada saat akan membuang limbah seperti bungkus makanan, minuman, tisu, kertas hanya dilempar keluar. Padahal jalanan bukan tempat penampungan limbah. Meski arah pembuangan ke tepi jalan tetap saja mengganggu keasrian. Jalan kompleks tidak menggunakan jasa tenaga kebersihan hanya kesadaran masyarakat sendiri untuk menyapunya. Ini dilakukan setiap pagi hari untuk membersihkan jalanan dari kotoran berupa daun kering dan limbah dari pengguna jalan. Sebenarnya kondisi ini merugikan masyarakat. Tetapi karena tidak ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban, maka dianggap biasa. Jadi resiko bagi penghuni kompleks sekaligus tanggung jawab untuk membersihkan. Tetapi saat siang hari kondisi kembali kotor karena sebab yang sama. Beruntungnya sampah tidak mengendap dalam waktu lama sehingga tidak mengundang binatang-binatang pengurai. 8. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di taman bermain Taman bermain juga merupakan fasilitas umum yang paling sering mudah kotor. Taman bermain milik swasta menyediakan tempat penampungan sampah di berbagai sudut. Selain itu juga ada petugas kebersihan yang rutin bekerja di pagi hari. Kenyataannya semakin siang semakin banyak pengunjung, tampak berbagai bungkus makanan berserakan. Mulai dari bahan plastik kantong, daun, kertas, sterofoam, cup dan gelas plastik. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di atas sudah masuk pada tahap permasalahan, bukan lagi umum. Selanjutnya lengkapi dengan permasalahan yang lebih rumit. Dan tetap tanpa kesimpulan karena hanya merupakan laporan. Tempat wisata adalah lokasi bersantai, kadang juga berfoto untuk update sosial media. Karena kondisinya tidak bersih dan rapi maka hasil foto tidak maksimal dan kurang estetik. Ini merugikan pengunjung, mengurangi kenyamanan. Belum lagi munculnya bau, datangnya lalat dan serangga pengurai. Namun kondisi ini seperti sudah dianggap wajar. Sebab tidak mungkin menegur satu persatu orang yang membuang sampah sembarangan. Selain buang sampah di jalan, pengunjung juga sering tidak dapat membedakan mana organik mana anorganik. Terbukti di tong sampah yang sudah ditandai masih tidak terpisah antara keduanya. Bercampur jadi satu antara limbah-limbah organik dan non-organik. 9. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di pusat perbelanjaan Pusat perbelanjaan tradisional tidak bisa dihindarkan dari yang namanya kotor, becek, sampah dan bau. Pengelola pasar sudah menyediakan bak khusus untuk menampung semua limbah tetapi masih saja banyak yang berceceran. Kondisi ini sudah melekat sebagai image pasar tradisional. Paling banyak adalah limbah dari buah-buahan, sayur-sayuran yang sudah busuk dan jatuh ke lantai. Bau tidak sedap sudah pasti mengganggu. Belum lagi binatang pengurai yang datang seperti larva, kecoa, lalat buah, tikus. Semakin membuat pemandangan tidak sedap. Limbah baru dibersihkan pagi hari atau menunggu waktu piket petugas. Dengan kata lain suasana dan pemandangan kotor akan berlangsung lama. Tidak heran jika banyak orang terutama anak kecil tidak betah lama-lama di dalam pasar. Berbeda kondisinya dengan pusat perbelanjaan modern. Suasana lebih bersih karena dikondisikan demikian supaya pengunjung nyaman. Tidak terlihat sampah berserakan di dalam ruangan. Sudah disediakan bak sampah di berbagai sudut ruangan. Kondisi lantai bersih dan ruang ber-AC menyebabkan pengunjung sungkan untuk buang sampah sembarangan. Selain itu juga diberlakukan larangan makan dan minum sambil jalan di area pusat perbelanjaan. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah diatas merupakan ulasan fakta lapangan dari 2 macam tempat. Satu merupakan fasilitas tradisional dengan peraturan yang tidak ketat. Satu lagi fasilitas modern dengan pengelolaan maksimal dalam hal kebersihan. 10. Contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah di restaurant Restoran cepat saji lebih tertib masalah sampah. Sudah disediakan cabinet sendiri khusus untuk membuang sisa-sisa makanan dan bungkusnya. Tidak ada petugas membuang sampah dan merapikan tempat makan. Pengunjung secara mandiri akan merapikan meja dan membuang sisa makanan beserta bungkusnya pada cabinet yang sudah disediakan. Restoran cepat saji sudah sangat teratur dan ideal sebagai tempat makan, bahkan tidak ada bekas puntung rokok di meja pengunjung. Sedikit berbeda dengan restaurant tradisional atau warung-warung makan. Sisa makanan tidak dirapikan oleh pengunjung. Melainkan dibiarkan dan ditinggal saja di meja tempat makan sebelumnya. Sisa nasi, sayur, lauk, minuman tidak habis, tisu semua dibiarkan di atas meja. Sangat tidak estetik. Namun ini sudah jadi kebiasaan pengunjung warung dan dianggap wajar. Pemilik warung juga tidak merasa keberatan. Sangat bertolak belakang antara restoran cepat saji dan warung tradisional. Perbedaan keduanya bisa kamu jadikan pembanding dalam pengamatan. Selanjutnya bisa ditulis seperti contoh teks laporan hasil observasi tentang sampah yang sudah ada. Klik dan dapatkan info kost di dekatmu Kost Jogja Harga Murah Kost Jakarta Harga Murah Kost Bandung Harga Murah Kost Denpasar Bali Harga Murah Kost Surabaya Harga Murah Kost Semarang Harga Murah Kost Malang Harga Murah Kost Solo Harga Murah Kost Bekasi Harga Murah Kost Medan Harga Murah